Desa Menari Tanon-Ngrawan |
Dusun Tanon, desa Ngrawan-Semarang adalah tujuan liburan edukasi saya bersama keluarga. Mendengar keramahan warga masyarakat dusun Tanon memang sudah begitu populer. Keramahan inilah yang menjadi identitas “desa menari” dan ciri khas masyarakatnya.
Disebut desa menari karena dua sebab yang melatarbelakangi. Sebab pertama, secara turun temurun masyarakat Tanon adalah pelestari kebudayaan tari, kegiatan menari telah menjadi hobi kolektif bahkan aktivitas yang menyatukan masyarakat Tanon adalah dengan menari.
Sebab kedua, makna menari dalam arti yang luas merupakan akronim dari menebar harmoni, merajut inspirasi dan menuai memori. Masyarakat Tanon berharap setiap orang yang berkunjung ke desa Menari dapat merasakan harmoni atau keselarasan dalam berinteraksi. Banyak pesan yang ingin disampaikan dalam makna desa Menari ini.
Bukan sekedar liburan semata namun lebih pada menyambung silaturahmi dengan teman lama yang hampir satu dekade lebih tak bertemu. Trisno adalah penerima SATU Indonesia Award tahun 2015 dari Astra, sebagai Penggagas Desa Menari Tanon sekaligus mengembangkan Kampung Berseri Astra. Dialah perintis desa menari Tanon, pernah seperguruan semasa kuliah membuat saya merasa bangga dengan kiprahnya sekarang, Trisno kerap dipanggil dengan sebutan Kang Tris.
Pada akhir tahun 2012, Kang Tris mulai berdiskusi dengan pegiat pariwisata untuk mengembangkan desa Menari. Ada 41 kepala keluarga di desa ini atau hampir seluruh masyarakatnya ikut terlibat melestarikan kearifan lokal. Bahkan urusan finansial atau dana disokong bersama, ada iuran bersama dalam masyarakat untuk mengadakan pementasan tari tahunan yang telah rutin diselenggarakan.
Identitas desa Menari adalah tarian topeng ayu, sejarahnya sudah dilakukan sejak jaman penjajahan karena tarian ini merupakan simulasi gerakan bela diri yang sangat dilarang pada waktu penjajahan. Iringan musik menandai masyarakatnya untuk datang berlatih tarian tersebut. Begitu dalam arti dan makna yang terkandung dalam tarian ini. Dari jengkal langkahnya, gemulai gerak penarinya, tajam menatap harapan, menjaga asa untuk terus membangun negeri.
Kang Tris besar sebagai anak dusun tak mengecilkan semangatnya, berkarya di kampung halaman menjadi pilihan. Dengan hembusan angin sejuk desanya, dia menggerakkan langkah menjadi gerak tari yang tertata. Seperti sinar matahari, dia bangunkan gairah muda untuk terus berkarya dengan rasa. Dia percaya bahwa perubahan yang nyata merupakan sebuah proses hidup yang selalu berproses tanpa henti. Semangat Kang Tris sejalan dengan semangat Astra terpadu untuk Indonesia, mengembangkan kampung berseri Astra, dengan mengangkat potensi khas setiap daerah menuju desa sejahtera.
Pagi di desa Tanon begitu berseri, rugi rasanya bila menyia-nyiakannya begitu saja. Masyarakat secara berkelompok mengambil apa yang telah disediakan alam untuk makanan ternak mereka. Pemandangan seperti ini sudah menjadi rutinitas. Terlebih melihat segerombolan anak yang berbondong-bondong menuju sekolah dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak pedesaaan.
Perjalanan memajukan desa Tanon memang tidak mudah seperti yang dilihat sekarang. Perubahan desa Tanon dari waktu ke waktu, bagaimana memulai dan membangun hingga akhirnya sampai di titik saat ini. Kebersamaan, kesadaran dan rasa memiliki adalah modal masyarakat Tanon dalam membesarkan desa Menari sehingga dikenal banyak orang.
Kang Tris meyakini bahwa mengubah pola pikir masyarakat secara bertahap akan mendatangkan perubahan signifikan apalagi sering berinteraksi dengan orang-orang di luar desa Tanon yang tentunya memiliki wawasan yang lebih luas. Ternyata masyarakat Tanon juga tersadar untuk belajar mengubah kondisi perekonomian mereka.
Satu hal yang sering ditanamkan Kang Tris pada masyarakatnya adalah lihatlah sesuatu yang sederhana di tempat mereka berpijak dari sudut pandang yang berbeda. Dia juga sering menekankan pada diri sendiri dan masyarakatnya bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Berkarya lebih baik daripada meminta.
Meskipun untuk konteks Desa Tanon yang sering mendapat bantuan dari berbagai pihak, hal ini semata-mata karena desa ini memang layak untuk menerimanya, bukan karena meminta belas kasihan. Kristalisasi proses desa Tanon pada tahun 2012 terjawab pada tahun 2015 dengan diperolehnya apresiasi ajang berprestasi atau penghargaan SATU Indonesia Award dari ASTRA.
Hal ini sangat berdampak pada masyarakat luas untuk lebih mengenal desa Tanon. Ditambah pada tahun 2017, ASTRA lebih gencar memberikan support pada Desa Tanon sebagai kampung berseri ASTRA. Masyarakat Tanon menjadi lebih berdaya dari segala sisi, baik pendidikan, kesehatan dan lingkungan atau penataan kawasan. Desa Tanon lebih memiliki banyak program yang sukses memajukan masyarakatnya.
Kang Tris dan Saya |
“Kita ingin membuktikan, ketika kita diberi bantuan oleh pihak manapun mereka memandang kita layak. Bukan karena kita meminta belas kasihan.”
(Trisno-Kampung Berseri Astra Tanon)
Komentar
Posting Komentar